Bangsa Bebal

Selamat pagi Nusanatara dan salah damai sejahtera

Dalam KBBI Edisi Keempat, bangsa artinya kelompak masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berperintahan. Bebal itu sukar mengerti, tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran), atau bodoh. Kalau dengan bahasa gaul bisa dikatakan sebagai DDR (daya dong rendah), LOLA (lodingnya lama), TELMI (telat mikir) atau yang lebih parah RDB (ra dhong blas). Kalau ditambah awal dan akhiran menjadi kebebalan, yang artinya kebodohan. Keadaan seperti ini (kebebalan) sedang melanda bangsa kita. Salah satu indikasinya dalam pergaulan dan bermasyarakat banyak terungkap kata-kata tadi: telat mikir, daya dongnya rendah, lodingnya lama, lelet, "ra dhong blas", "pethuk" dan ungkapan senada lainnya.

Lebih lanjut kalau dibahas lebih dalam, kebodohan atau kebebalan ini bukan dari sononya, tetapi karena orang tidak mau terbuka atau membuka pikirannya dengan belajar lebih banyak, atau menerima masukan terhadap pengertian baru termasuk ilmu pengetahuan. Pada dasarnya setiap insan diberi oleh Sang Pencipta kecerdasan pikiran. Ada 9 (semblan) kecerdasan dalam otak kita. Jadi kalau ada orang bebal itu byukan dari sononya, tetapi karena dari sikapnya, pilihan hidupnya yang menutup rangsangan-rangsangan yang meningkatkan kecerdasan kita. 

Orang-orang yang bebal, tidak mau mengolah dan meningkatkan kecerdasannya ini tidak paham, dan tidak menyesuaikan diri dengan cita-cita para bapak-ibu bangsa yang termuat dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu "mencerdaskan bangsa". Salah satu cara ikut mencerdasakan bangsa adalah dari masing-masing warga ini mencerdaskan diri. Mencerdaskan diri berarti mau belajar dari siapapun dan apapun. Ada istilah belajat tiada henti, pendidikan seumur hidup, sekolah ditempat apapun dan berguru kepada siapapun. Seharusnya semboyan atau istilah atau motto hidup seperti sudah menjadikan bangsa menjadi cerdas. Namun demikian masih ada juga orang-orang yang bebal, telmi dan menutup diri serta menolak hal-hal baru yang dapat meningkatkan kecerdasan kita dan menjadikan kita terbebas dari kebebalan dan kebodohan.

Tempat ibadah dan sekolah merupakan bagian dari sarana dan prasarana untuk ikut serta mencerdasakan bangsa. Fungsi dan manfaat tempat ibadah, kita tahu semua. Dari sanalah manusia menimba kecerdasan rohaninya. Kecerdasan rohani atau cerdas imannya menjadi penting karena akan mengarahkan jalan hidup manusia menuju kebahagiannya. Kala seseorang cerdas rohaninya, ia bisa bijak. Tuturkata dan perilakunya menjadi baik, terarah dan religious (dalam bahasa Jawa "pinandhita"). Sekolah menjadi tempat untuk mengolah kecerdasan yang lain: kecerdasan berbahasa, kecerdasan berhitung, kecerdasan olah tubuh dlnya. Dengan kecerdasan ini maka hidup kita semakin dipermudah. Dengan menguasai ilmu pengetahuan, sesuatu bisa diolah, direkayasa sehingga mempermudah jalan hidup. (istilah rekayasa itu netral-namun pernah berkonotasi negatif pada masa tertentu, karena dihubungkan dengan tujuan yang negatif: rekayasa pembunuhan). Maka dengan kecerdasan rohani/iman dan kecerdasan ilmu, bisa dirangkaikan sebuah motto hidup yang bagus: dengan pengetahuan hidup semakin mudah, dengan iman hidup semakin terarah. Teman-teman saya kampus seni dimana saya ikut berdinamika menjadi: dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan iman hidup menjadi terarah, dengan seni hidup menjadi indah.

Maka penolakan terhadap berdirinya tempat ibadat dan sekolah-sekolah itu akan mengakibatkan terhambatnya pencerdasan bangsa dan hanya akan tetap menjadikan bangsa yang bebal.

Selamat berkarya bagi kesejahteraan bersama.


Posting Komentar untuk "Bangsa Bebal"