Menyanyikan lagu Indonesia Raya |
Kebun Persahabatan Purwakarta – Hari Sabtu, 28 September 2024. Gusdur merupakan Bapak Bangsa Indonesia, Bapak Toleransi, dengan pemikiran kontraversial sehingga menjadi teladan/tokoh besar yang menginspirasi masyarakat Indonesia. Gusdur memiliki 9 nilai utama dalam kehidupannya: Persaudaraan, Keadilan, Kemanusiaan, Ketuhanan, Kesetaraan, Kesederhanaan, Kearifan lokal, Kekesatriaan, Pembebasan. Di negara ini kita semua sama, punya Tuhan dan mendapatkan kasih sayang. Agama merupakan ruang untuk saling menghormati satu sama lain. Tokoh yang dapat kita contoh adalah Gusdur, dengan cara penyampaian agama yang sopan santun. Untuk menjaga silahturahmi kita dengan yang lain, kita harus melakukan proses pendekatan yang terbuka serta membangun komunikasi yang baik. Jangan sampai terjadi miskomunikasi yang akhirnya dapat mengakibatkan disinteregasi.
Kita harus bergandengan tangan dan saling bekerja sama dengan semangat spritualitas seperti yang dikatakan dan dilakukan oleh Gusdur. Hindari konflik/perang di negara ini. Mayarakat butuh jembatan untuk menciptakan perdamaian. Tidak ada agama yang lebih tinggi, tidak ada umat lebih unggul. Kemanusiaan: utama dan merupakan kunci dari segalanya. Letak perbedaan dari kemanusiaan terdapat pada iman, kepercayaan. Walaupun begitu kita membutuhkan komunikasi untuk dapat saling memahami. Adanya demokrasi memunculkan rasa khawatir untuk kita, karena antara konsepsi dan realitas tersebut diadu/bisa tertabrak satu sama lain. Adanya kesetaraan yang harus dilakukan.
Demokrasi tanpa ada masyarakat bukanlah apa-apa. Dengan adanya demokrasi pun dapat memunculkan beragamnya persoalan terutama dalam kemanusiaan (beragam pendapat. Bagaimana caranya bahagia? Menurut Gusdur, jika ingin bahagia jangan memikirkan apa yang kamu tidak tahu. Keadilan itu sangat sulit untuk kita dapatkan, sehingga dapat menjadi sebuah perdebatan. Hal yang bersifat universal dapat dijlankan. Esensi Gusdur merupakan kerangka untuk kita yang disampaikan melalui poin-poin dan esensi itu akan terjadi. Demokrasi harus mendapat substansi, dilakukan saat masyarakat juga sejahtera terutama dalam hal ekonomi. Pilkada termasuk demokrasi, dimana kita dapat mensupport sesuai prinsip dan kebutuhan.
Dengan demokrasi, peserta dapat bebas dalam memilih. Kebun Persahabatan menjadi saksi perayaan istimewa Harlah Gus Dur & Refleksi Kebangsaan yang berlangsung dengan meriah di Kebun Persahabatan, Salam Mulya, Kec. Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Acara ini menghadirkan lebih dari 150 peserta dari berbagai latar belakang agama, etnis, dan organisasi, yang bersama-sama merayakan nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan kebhinekaan yang diajarkan oleh Gus Dur. Dengan mengusung tema “Refleksi Demokrasi, Orasi Toleransi, dan Diskusi Buku Demokrasi Seolah-Olah”, acara ini menjadi panggung untuk merajut kebersamaan dan persatuan dalam keberagaman.
Acara dimulai dengan sambutan dari sejumlah tokoh penting, di antaranya KH Ahmad Anwar Nasihin, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Purwakarta, yang menyampaikan pentingnya meneladani semangat Gus Dur dalam menjaga demokrasi dan toleransi. Ust Deden Saepudin, S.Sos, Sekretaris FKUB Kabupaten Purwakarta, menekankan perlunya kolaborasi antaragama dalam membangun kedamaian di masyarakat. Tidak ketinggalan, Dion Murdiono, S.Pd, Koordinator Gusdurian Purwakarta, menyampaikan bahwa Gus Dur adalah figur yang selalu menginspirasi, terutama dalam menjaga pluralisme. Ahmad Ghozin Abdil Aziz, Ketua Pelaksana acara, mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh peserta yang turut serta meramaikan acara ini, menekankan bahwa kolaborasi dan dialog lintas iman adalah kunci dalam menjaga persatuan bangsa.
Shila Linda, mewakili Pimpinan Kebun Persahabatan, menyampaikan pesan Bhante mengenai pentingnya cinta kasih dan harmoni antarumat beragama. Pesan tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Gus Dur selama hidupnya, terutama dalam membina kerukunan di tengah keberagaman. Dalam sesi diskusi, hadir sejumlah narasumber yang membagikan perspektif mereka mengenai demokrasi dan toleransi. Wawan Supriatna, S.Ag, Kabag Kesra Setda Kabupaten Purwakarta, menyampaikan pentingnya peran pemerintah dalam menjaga keberagaman melalui kebijakan yang inklusif. Oyang Este Binos, S.Fil, Komisioner KPU Purwakarta, menggarisbawahi bahwa partisipasi aktif masyarakat dalam politik adalah fondasi utama demokrasi yang kuat.
Dr. Aroka Fadhil, M.Ag, mantan Koordinator Gusdurian Purwakarta, memberikan pandangan menarik tentang bagaimana nilai-nilai Gus Dur tetap relevan di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman. Acara ini juga dihadiri oleh berbagai tokoh lintas agama Yohanes Baptis Sutarno, S.Pd, Satgas Toleransi Kabupaten Purwakarta, Turut memberikan pesan tentang pentingnya persaudaraan antaragama di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, kehadiran tokoh dari komunitas Hindu I Komang Supranante Penyuluh Agama Hindu, Pendeta Maudi S.Th. M.Div Penyuluh Agama Kristen Protestan, Pelajar AKPK SMPN 7 Purwakarta, Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum Purwakarta Paroki Salib Suci Purwakarta Keuskupan Bandung dan perwakilan lintas iman lainnya memperkuat pesan bahwa acara ini merupakan representasi nyata dari kebersamaan di tengah perbedaan.
Sebagai Master of Ceremony, Ilham Taufik, S.Pd, Sekretaris Wilayah Santri Mendunia Jawa Barat, berhasil menjaga jalannya acara dengan penuh semangat dan humor. Sementara itu, Lala Undari, S.Pd, Ketua PC IPPNU Purwakarta, yang bertindak sebagai moderator, dengan cakap memandu jalannya diskusi sehingga berlangsung interaktif dan produktif. Ketua MUI, Ketua FKUB Kabupaten Purwakarta K.H Drs. John Dien, Th, SH.M.Pd juga menegaskan pentingnya Tri Kerukunan Umat Beragama: Tri Kerukunan kerukunan umat beragama-seagama.Dilakukan untuk menciptakan hal harmoni dan menjadi sebuah anugerah. Kerukunan antar umat beragama. umat beragama dengan pemerintah. Pemimpin yang adil untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.Para ilmuwan/para ulama dapat membawa masyarakat ke arah yang baik. Reflleksi dari: Yohanes Baptis. S.Pd Satgas Toleransi Purwakarta
Posting Komentar untuk "HARLAH GUSDUR & REFLEKSI KEBANGSAAN"