DIPERLUKAN JEDA REFLEKTIF

Pembina Gemayomi MY.Esti Wijayati menyerahkan bendera Merah Putih kepada
C.Lilik Krimantara Putra sebagai Ketua Harian Gemayomi

Ada 7 alasan mengapa orang Indonesia aktif bermain di Media Sosial. Menjaga hubungan teman dan keluarga 60,5%,  mengisi waktu luang 57,5%, mencari inspirasi dan membeli sesuatu 51%, melihat apa yang sering dibicarakan 50%, mencari konten artikel,video 47,1%, membacar berita 41,8%  dan mencari produk untuk dibeli. Demikian dikatakan oleh Danang Maharsa, SE WakilBupati Sleman pada sarasehan bertajuk Membangun Budaya Toleransi di Ruang Digital, pada Sabtu 22 November 2025, di pendapa Rumah Dinas Wakil Bupati.

Sarasehan bertajuk membangun budaya toleransi digelar dalam rangka pelantkan pengurus GEMAYOMI (Gerakan Masyarakat Gotongroyong Melawan Intoleransi), periode 2025-2030. Kecuali menghadirkan Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, SE jugs menampilkan narasumber yang lain yaitu Prof.Etsar Muhtasar, Ketua Gemayomi periode lalu dan MY.Esti Wijayati, DPR-RI Komisi 10, yang juga Dewan Pembina Gemayomi.

Selanjutnya dikatakan bahwa dari populasi penduduk Indonesia 284.438.900 jiwa, yang terkonenksi dengan internet 229.428.417 jiwa, artinya ada 80,66 % masyarakat terkoneksi dengan internet di tahun 2025 ini. Masyarakat Indonesia telah menunjukkan ketergantungan yang semakin  tinggi terhadap dunia digital dalam kehidupan sehari-hari dan interaksi sosial, mencari informasi, melakukan kegiatan ekonomi hingga transaksi keuangan.  

Prof.Etsar Muhtasar (Pembina, kanan baju putih) melantik pengurus Gemayomi Periode 2025-2030
didampingi Pembina yang lain MY.Esti Wijayati (berdiri paling kiri) dan A.Gandung Sukaryadi

Namun ditengah meningkatnya peran digital yang salah satunya penggunaan hape, ditengarai banyaknya tindakan intolransi.  Beberapa hal berikut ini menjadikan merebaknya intoleransi: Anonimitas (menyembunyikan identitas) telah mendorong perilaku tidak beradan dan tidak simpati.  Penyebaran berita hoax, ujaran kebencian dan konten intoleransi dengan cepat menimbulkan konflik.

Dilanjutkan oleh Prof.Etsar Muhtasar (Ketua Gemayomi Periode 2018-2025), bahwa perlu adanya “jeda reflektif” sebelum menanggapi berita-berita atau postingan. Beri jeda, berfikir dulu lalu berbuat. Jeda adalah ruang etis dimana toleransi tumbuh. Gunakanlah prinsip “kesediaan memahami. Memahami adalah membuka diri terhadap makna lain.

MY.Esti Wijayati sebagai Dewan Pembina Gemayomi, mengucapkan syukur dan terima kasih selama ini kita sudah bekerja dengan maksinal. Peristiwa-peristiwa intoleransi banyak yang bisa diatasi, tidak hanya di DIY saja tetapi nasional. Gerakan kita memang pernah tersendat karena Covid-19 dan beberapa hal tehnis. Tetapi itu tidak menyurutkan semangat kita. Kita masih eksis dan tetap berbuat untuk kepentingan nasional Indonesia.

Dari kiri, Petrus Eko Nugroho, C.Lilik Krismantara Putra, Prof.Etsar Muhtasar dan
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa SE

Hadir dalam pelantikan pengurus baru Gemayomi ini para pemuka agama, organisasi kemasyarakatan pendukung deklarasi, dan tamu undangan lainnya.  

Posting Komentar untuk "DIPERLUKAN JEDA REFLEKTIF"