E-Budgeting

Selamat pagi, salam seroja

Istilah ini mencuat saat Ahok menjadi Gubernur DKI. Sistem e-budgeting diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta pada penggunaan anggaran 2015. Waktu itu dibuat untuk menunjukkan transparansi anggaran Pemerintah DKI yang bisa langsung dikontrol oleh masyarakat, dan diakses oleh Badan Pengawas Keuangan. Tujuannya adalah agar: membuat data lebih akurat, penyusunan anggaran lebih mudah, transparansi publik, agar tidak dimanipulasi, evaluasi dan monitoring lebih mudah, dan terintegrasi. Dengan integrasi mempermudah pengawasan atau monitoring. Sistem penyusunan anggaran secara elektronik (e-budgenting) ini mampu menghemat anggaran mencapai Rp5,3 triliun pada tahun 2015.

E-budgeting mempunyai keunggulan-keunggulan antara lain: menekan jumlah mark up anggaran sehingga korupsi bisa ditekan. Penghematan 5,3 trilyun rupiah pada anggaran 2015 Pemprov DKI menjadi contoh nyata. Dengan e-budgeting yang bisa diakses oleh masyarakat, maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah (akuntabilitas publik).  Data-data lebih efektif dan akurat, dengan demikian juga akan mempermudah membuat monitoring dan evaluasi. Dengan transparansi system anggaran ini, mempermudah dan efektif bagi Badan Pengawas Keuangan dalam mengawasi keuangan negara. Bahkan masyarakat bisa melihat dan ikut mengawasi langsung.

Sekarang system anggaran elektronik (e-budgeting) ini sudah banyak dipergunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan perlu penyempurnaan. Dengan demikian masyarakat akan mudah melihat jika ada mata anggaran yang tidak logis. Masyarakatpun bisa langsung memberikan koreksinya. Maka logis kalau semakin banyak terbongkarnya anggaran yang tidak logis atau dibuat ngawur. Pencermatan penganggaran bisa dikontrol sebelum disatukan menjadi anggaran belanja negara. Semua menjadi terintegrasi dalam penyusunan anggaran.

Ada resiko yang perlu diantisipasi dalam system anggaran elektronik ini, yaitu peretasan. Maka perlu pengaman, agar hal ini tidak mudah diretas oleh orang yang tidak bertanggunjawab. REsiko lain adalah menjaga serangan virus computer yang dapat menghapus atau mengacak-acak data.

Hal tidak logis atau lucu  yang ditemukan dalam pencermatan penganggaran terinfegrasi ini. Salah satunya adalah ditemukannya anggaran perjalanan dinas konsultasi/koordinasi pejabat daerah ke pusat seminggu sekali. Resiko lain (dan fakta sudah terjadi) data-data keuangan diputar balikkan untuk menjelekkan pemerintah, menjadi hoax yang diviralkan atau black campaign menjatuhkan pesaing politik. Bagi masyarakat awam ini berbahaya karena pembodohan atau bisa pembohongan public. Contohnya penghematan anggaran yang dikatakan sebagai ketidakmampuan menyerap anggaran sehingga anggaran tidak sampai ke masyarakat.   



 

 

Posting Komentar untuk "E-Budgeting"