Selamat pagi, salam bahagia |
Memperhatikan berita-berita di akhir tahun, ada beberapa hal yang menonjol. Intoleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama mnjadi salah satu berita yang selalu up date. Upaya mengatasi intoleransi, dilakukan dialog antar pemuka agama dan masyarakat. Himbauan hidup rukun dan saling menghormati tiada henti. Namun disisi yang lain, provokasi dan tindakan-tindakan yang mengarah pada disintegrasi juga membanjir. Sepertinya provokasi, ujaran kebencian terhadap orang lain yang berbeda keyakinan ini ada struktur dan sistimatikanya. Seperti sebuah ajaran yang tersusun dalam sebuah kurikulum.
Tradisi-tradisi masyarakat yang
dapat menjadi ruang perjumpaan lintas iman dan budaya terkikis oleh
pemikiran-pemikiran pragmatis dan sempit. Siskamling atau ronda malam di
kampung-kampung, kecuali berfungsi menjaga keamanan, namun juga berfungsi
sebagai ruang perjumpaan lintas iman budaya dan suku. Bukankah peserta ronda
malam itu datang dari penduduk yang beraneka latar belakang. Dalam ronda
bersama itu akan terjadi dialog yang egaliter dan terbuka sesama warga Rukun
Tetangga atau Rukun Warga. Bahkan dalam ronda mala itu sering terumuskan
kegiatan yang bermanfaat bagi warga dan lingkungan, Namun saat ini siskampling
tidak lagi berfungsi seperti itu. Diganti dengan iuran warga untuk membayar
beberapa orang yang ditunjuk menjaga keamanan kampung, atau mencari satpam.
Gotongroyong atau kerja bakti,
juga menjadi sarana perjumpaan lintas iman, budaya dan suku. Mereka berlatar
belakang dari Pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Mereka bisa bertemu, bekerja
sama sambal berbincang banyak hal yang merekatkan persaudaraan.
Tradisi kenduri bisa juga
berfungsi sebagai ruang perjumpaan bersama dan doa lintas iman. Karena kenduri itu
dilaksanakan dengan ujud syukur dan mohon keselamatan. Maka dalam kenduri itu
ada rangkaian makanan dengan symbol-simbolnya. Tuan rumah yang memiliki keperluan
memohon bantuan doa dari warga, agar apa yang menjadi keperluannya bisa berjalan
dengan lancer dan selamat. Untuk
perjumpaan anak-anak, ada tradisi “bancakan dan wiwitan”. Namun tradisi ini
juga tergusur oleh pemikiran praktis dan sempit.
Ruang-ruang perjumpaan tersebut
semakin terkikis dan sekarang digalakkan dengan pertemuan dialog dan musyawarah
formal dan protokoler. Lalu menafikkan dialog-dialog lintas iman, budaya, suku
dll yang sudah berlangsung dalam tradisi-tradisi masyarakat.
Perjumpaan lintas iman, budaya,dan suku. Bersatu dalam kegembiraan |
Maka baik, untuk mengembangkan persaudaraan, kita menghidupkan kembali tradisi-tradisi yang menjadi ruang perjumpaan bersama. Untuk anak-anak sekiranya baik juga disediakan ruang perjumpaan bagi mereka. Ada perpustakaan kecil di setiap pedukuhan. Adakan ruang/halaman bermain anak-anak. Buat waktu khusus, misalnya setiap sore jam 16.00 – 18.00 ada perjumpaan anak-anak sekampung dengan permainan-permainan tradisioanl: ingkling, gobag sodor, jamuran, ancak-ancak alis dsb. Dalam ruang ini juga budi pekerti bisa diinternalisasikan.
Ruang perjumpaan di skol bisa terwujud dlm Ekskul, Organisasi OSIS maupun pentas seni dan organisasi siswa yg lain. Smg TDK keliru
BalasHapus