Nabi-nabi Perdamaian

Selamat pagi Nusantara, salam sejahtera bagi kita semua

Tanggal 6 Mei 1929 merupakan hari lahir Rama Yusup Bilyarta Mangunwijaya, pr. Sosok rohaniwan Katolik yang melekat di hati rakyat kecil, sedperti di daerah aliran sungai Code Yogyakarta, masyarakat di sekitar Waduk Gedungombo, Grigak Gunung Kidul atau Panggang Gunung Kidul. Rama Mangun juga bisa disebut nabi perdamaian di NKRI bersama dengan sahabat dekatnya yang seorang Kyai tersohor Abdulrahman Wahid atau Gus Dur. Persaudaraan keduanya tidak perlu diragukan. Karena begitu dekatnya Rama Mangun sering menyebut Gus Dur lebih Kristiani dari dirinya, sebaliknya Gus Dur membalas dengan ucapan Rama Mangun lebih Islami dari dirinya.

Sesurutnya beliau berdua, ditengah kecamuk dan maraknya intolerensi serta retaknya kerukunan hidup bermasyarakat dan berbangsa, hadir Bapa Buya Safei Maarif. Disusul kemudian hadirnya Bapak Prof.Dr. Kardinal Ignatius Suharyo dengan Imam Besar Masjid Istiqlal bapak Prof.Dr.KH.Nasarudin Umar, MA, serta tokoh-tokoh persaudaraan lintas iman, budaya dan suku bangsa yang lain. Tidak lepas di tingkat dunia hadir pula nabi-nabi perdamaian. Jauh sebelumnya saat berkecamuk perang salib V tahun 1217-1221, seorang rohaniwan Katolik Fransiskus Asisi berinisiatif mengunjungi Sultan Al-Kamil, untuk mengupayakan perdamaian dan mengakhiri perang yang sudah menelan banyak korban dikedua belah pihak. Fransiskus  Asisi yang berusia muda 38 tahun dan Sultan Al-Kamil berusia 39 tahun menginspirasi perdamaian dunia. Kedatangan Fransiskus Asisi disambut dengan rasa persaudaraan oleh Sultan Al-Kamil, dari Dinasti  Ayyubiah di Mesir.

Jejak Fransiskus Asisi menjadi teladan dan dilanjutkan oleh Paus Fransiskus. Untuk mengupayakan perdamaian dunia Paus Fransiskus mengunjungi Ulama Besar Al-AAzhar Sheikh Ahmad Muhammad al-Tayyid di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada 2019. Pertemuan ini melahirkan dokumen oerdamaian yang dineal dengan Dokumen Abu Dhabi (Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Persdamaian Dunia dan Hidup Bersama). Disusul kemudian kunjungan persaudaraan Paus Fransiskus kepada Ayatollah Agung Sayyid Ali al-Husaini Sistani di Najaf, Irak.

Hadir juga Ibu Theresa di Calcuta, seorang Suster Rohaniwan Katolik yang bekerja untuk mengangkat martabat kemanusiaan yang dinjka-injak oleh manusia sendiri. Lahir pada 26 Agustus 1910, dengan nama Anjeze Gonxhe Bojaxhiu, wafat 5 September 1997, diangkat menjadi orang kudus oleh Gereja Katolik Roma. Kemudian Chiara Lubich lahir 22 Janauari 1920-wafat 14 Maret 2008 di Trento Italia. Chiara melihat kehancuran dunia akibat perang dunia II, dan betapa martabat kemanusiaan tidak ada. Chiara mendapat pencerahan dari Tuhan, dan hidupnya diabdikan untuk melayani Tuhan dengan mencintai sesamanya. Mendirikan komunitas Focolare, yang mempunyai visi agar semua orang Bersatu dalam kasih persaudaraan.

Mari kita mengikuti jejak para nabi perdamaian ini sebagai upaya membangun perdamaian dan peradaban kasih.

  

 

Posting Komentar untuk "Nabi-nabi Perdamaian"