Penyalaan Obor Pancasila, sambil mengucapkan sila-sila dalam Pancasila,
obor satu persatu dinyalakan
Lima pemuda dan pemudi satu per satu menyalakan obor terbuat dari bambu sambil mengucapkan sila demi sila Pancasila hingga sila ke lima yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nyala dan terang lima obor dari bambu dengan pembacaan teks Pancasila penanda dimulainya acara Syawalan dan Paskahan Warga RW. 27 Padukuhan Wonorejo-Ponggol, Jumat Malam, 28 April 2023 yang terbingkai dalam tema “Guyup Rukun dalam Kebinekaan”
Setelah penyalaan obor dengan pembacaan teks Pancasila ini juga yang idiringi nyanyian lagu Indonesia Tanah Air Beta dilanjutkan dengan ikrar Syawalan yakni permohonan maaf dari yang muda kepada yang tua. Selain itu tak ketinggalan doa lintas agama dan hikmah Syawalan yang diberikan oleh Sokidi tokoh agama Islam setempat.
Syawalan dan Paskahan penuh kegembiraan dan kebersamaan ini dihadiri tak kurang 200an warga yang meliputi orang tua hingga anak-anak. Kegiatan syukur keagamaan tingkat RW. di lereng Gunung Merapi ini juga di hadiri oleh Amin Sarjijto selaku Lurah Kalurahan Hargobinangun dan Bupati Sleman Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat H.Y. Aji Wulantara, SH, M.Hum mewakili Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo. Selain itu juga tak ketinggal Dukuh Padukuha Wonorejo, Monika Esti, dan segenap jajaran pengurus padukuhan.
Kerukunan dan hidup saling menghargai ditanamkan sejak dini |
Di hadapan Lurah dan perwakilan Bupati Sleman, Kepala Dukuh Wonorejo-Ponggol, Monika Esti mengatakan, Syawalan dan Paskahan adalah kegiatan yang baru pertama terjadi. Maka dirinya berterima kasih dan mengapresiasi yang dibuat warganya.
“Syawalan dan Paskahan ini adalah pertama kalinya dilaksanakan. Maka saya sungguh berterima kasih kepada semua warga dan hadirin atas terlaksananya kegiatan ini. Semoga bisa dilanjutkan di waktu-waktu mendatang dalam kebersaman,” kata Esti dukuh perempuan yang selalu siap melayani warganya ini sekaligus memohon maaf kepada warga atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukannya.
Ketua RW. 27 Belarianta mengatakan kegiatan ini adalah inisiatif murni dari warga. Menurutnya, kegiatan ini awalnya hanya akan dilakukan Syawalan saja tetapi dalam rapat tingkat RW. ada usulan dari warga Muslim sebaiknya Syawalan bisa dibarengkan dengan Paskahan Idul Fitri dan Paskah masih dalam bulan yang sama.
“Saat rapat persiapan kegiatan ini kami hanya merencanakan Syawalan saja. Tetapi saat itu Pak RT dan warga Muslim mengusulkan tidak hanya Syawalan tetapi sekaligus bisa dibarengkan dengan Paskahan mengingat perayaan Paskah dan Idul Fitri masih dalam bulan yang sama. Inilah bentuk kebersamaan dalam kebinekaan," jelas Bella.
Amin Sarjito, Lurah Kalurahan Hargobinangun, Sleman dalam sambutannya merasa terharu dan bangga. Menurutnya Pancasila itu sangat dekat dan ada di tengah-tengah kehidupan warga Padukuhan Wonorejo dan Ponggol. Ia pun mengapreasiasi dengan mengajak tepuk tangan atas realita kebersamaan itu.
“Saya merasa trenyuh dan terharu. Ternyata Pancasila itu begitu dekat dan ada di tengah-tengah kita dan warga Pakuhan sini. Sunguh bisa menumbuhkan persatuan dan kesatuan. Pada bulan April ini umat Islam merayakan Idul Fitri dan di awal bulan April Umat Katolik merayakan Paskah. Maka dengan dilaksanakan syukuran perayaan keagamaan Syawalan dan Paskahan ini sungguh menjadi modal besar untuk menciptakan dan mempertahankan kerukunan dalam kebinekaan. Ada pepatah Jawa Pager mangkok luwih kuwat tinimbang pager tembok (pagar mangkuk lebih kuat dibanding dinding terbuat dari semen),” tutupnya berharap selalu menjaga dan meningkatkan kerukunan.
Amin Sarjito, Lurah muda, santun dan energik ini di akhir sambutannya mengajak kepada umat Muslim untuk selalu meneladan Nabi Muhammad dan bagi umat Kristiani untuk selalu menjadikan Gusti Yesus Kristus sebagai teladan hidup sebagaimana Dia telah meneladankan diri bagi umat Kristiani dengan mengorbankan diri-Nya dengan wafat di Salib.
Sementara itu H.Y. Aji Wulantara, SH, M.Hum saat memberikan sambutan mengatakan merasa adem dan bangga atas Syawalan dan Paskahan yang menurutnya hanya berada di tingkat RW. atau Padukuhan ini. Aji mengatakan melihat Masjid bersanding dengan gereja dalam bingkai Guwup Rukun dalam kebinekaan ini adalah sebuah etikat yang baik untuk bersama-sama berbeda tetapi dalam hidup berdampingan dan kebersamaan.
“Ada beberapa hal yang luar biasa walaupun berada di tingkat RW. Pertama, judul acaranya adalah Syawalan dan Paskahan ini adalah etikat baik untuk bersama-sama hidup dalam berbedaan. Kedua adalah dimunculkannya Pancasila. Ini menandakan bahwa Pancasila sebagai pondasi untuk hidup bersama-sama dan diwujudnyatakan dalam simbol-simbol yang sudah katakan.
Ketiga, selanjutnya untuk anak-anak dengan gembira tanpa sekat, ada yang Muslim dan Kristiani menyanyi bersama dalam keceriaan dan tanpa beban. Ini adalah catatan untuk membangun masa depan kebersamaan seperti yang diidam-idamkan Pak Amin menjadikan Hargobinangun sebagai desa budaya yang salah satunya adalah menjaga keberagaman di desa di padukuhan untuk tercipta desa yang guyup dan rukun,” papar Aji sembari berharap bagaimana secara bersama-sama bisa mewujudkan Indonesia yang saling menghargai dan menghormati mewujudkan Islam, Katolik dan Kristen, Budha, Hindu dan keyakinan lain yang Indonesia sebagaimana dicita-citakan Bapak pendiri Bangsa.
Terkait dengan penyalaan obor (oncor) dan pembacaan teks Pancasila ini, Slamet Riyadi, salah satu warga mengatakan bahwa dengan obor berjumlah 5 buah yang menyala adalah menjadi simbol terang kehidupan. Setelah saling memaafkan di hari Raya Idul Fitri bagi umat Muslim dan Perayaan Paskah bagi umat Kristiani adalah sama-sama mendapat terang hidup untuk bersama-sama menapaki kehidupan di masa mendatang dengan baik, rukun dan penuh kedamaian.
“Semoga dengan terang dari lima obor dan pembacaan Pancasila ini semakin menerangi kami untuk senantiasa bisa hidup berdampingan dalam kebersamaan walaupun kami berbeda keyakinan. Air dan kelahiran kami berada di kampung yang sama. Maka Pancasila adalah terang hidup kami untuk hidup berdampingan dan membangun dusun bersama-sama,” tutup Slamet Riyadi.
Posting Komentar untuk "Syawalan dan Paskahan Guyup Rukun dalam Kebinekaan"