Jembatan Gamping yang setiap hari dilalui kendaraan roda 2 maupun 4
Jalan yang membujur ke arah barat
dan timur Gereja Katolik Gamping itu ada jembatannya diatas Sungai Bedog. Jalannya padat setiap hari, terlebih pada pagi
saat orang berangkat bekerja dan sekolah, siang dan sore hari. Lama sebelumnya
jembatan diatas Sungai Bedog itu lama rusak dan membahayakan pemakai jalan.
Sempat ditengah dipasang penghalang supaya kendaraan roda 4 melintas diatasnya.
Tetapi jalan itu tetap ramai karena menjadi jalan pintas orang dari arah barat
(Gamping-Godean-Moyudan) yang akan ke kota Yogyakarta.
Adalah seorang warga disitu Bernama
Y.Untung Rusbintarta, orangnya sederhana, dia seorang guru di Tarakanita. Ia
bersepeda dari Gamping ke Trenggono (sekarang Stela Duce II) untuk mengajar.
Sepeda “planthang kuna” yang sekarang juga disukai bapak-bapak untuk kegiatan
bersepeda. Beliau menulis ke Surat Pembaca surat kabar Kedaulatan Rakyat, yang
isinya supaya pemerintah memperbaiki jembatan Gamping yang berbahaya dan nyaris
putus. Surat Pembacanya lebih dari 20 kali, dan dimuat di harian Kedaulatan
Rakyat, isinya selalu sama, mohon kepada pemerintah untuk memperbaiki jembatan
Gamping yang rusak.
Jembatan Gamping dari atas jalan
Akhirnya pemerintah memperbaiki
jembatan tersebut dan sampai sekarang bisa dilewati kendaraan roda empat dan
dua. Bahkan kenyataannya jalan ini menjadi jalan utama bagi orang-orang
Gamping, Godean, Moyudan, Sedayu yang akan menuju Yogyakarta, pun pulangnya mereka
lewat disitu. Kiranya bapak-ibu yang berwenang bisa mengusulkan jalan yang
membentang di depan Gereja Katolik Maria Assumpta Gamping itu dinamakan jalan
Y.Untung Rusbintarta, sebagai kenangan jasa-jasanya, walaupun sebatas dengan
Surat Pembaca, namun lebih dari 20 kali ia tulis.
Posting Komentar untuk "Jalan dan Jembatan Gamping"