RETRET


Retret dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat dikatakan: memisahkan diri dari dunia ramai untuk mencari ketenangan batin. Nah, saya menulis ini karena pemerintah menyelenggarakan retret untuk para Menteri dan wakilnya setelah pelantikan. Demikian juga setelah pelantikan Gubernur, Wakil Gubernur, Walikota dan wakilnya dan Bupati dan wakilnya. Istilah retret sepertinya belum familiar di Masyarakat, maka sambil memperkenalkan juga istilah retret ini di Masyarakat.

Mencari ketenangan batin, maka perlu dicari tempat yang mendukung untuk itu. Di kalangan masyarakat Kristiani banyak disediakan rumah-rumah retret, biasanya pesertanya sekitar 40-an. Rumah retret biasanya di daerah-daerah pegunungan yang sejuk dan relatif sepi dari keramaian. Ini memang sesuai dengan kata retret itu sendiri yaitu menyendiri/mengasingkan diri dari keramaian untuk mencari ketenangan batin. Meskipun sekarang tempat-tempat tersebut sudah mulai ramai, tetapi masih tetap mendukung untuk mencari ketenangan batin.

Mencari ketenangan batin biasanya dilakukan oleh para rohaniwan/wati, setelah lama mereka bekerja melayani umat (setahun, dua tahun, tujuh tahun) menurut kebutuhan. Kemudian mereka menyepi dulu, merefleksi pekerjaan (pelayanan) mereka kepada umat. Pun pula bagi para petugas pelayanan yang lain seperti pengajaran agama, dan pelayanan iman lainnya. Mencari ketenangan batin lebih untuk menimba spiritualitas atau semangat pelayanan kepada umat, dan mohon kekuatan dari Tuhan sendiri sebagai penopang utama pelayanan.

Mencari ketenangan batin, kita diminta merefleksi diri; apakah pikiran, perkataan dan perbuatan saya sudah sesuai dengan tugas perutusan dari Tuhan sendiri. Karena secara hakiki setiap manusia lahir di dunia ini mengemban perutusan dari Tuhan sendiri. Orang Jawa bilang: ada utusan (hana caraka), kita tidak bisa mengelak (dhata suwala), kita diberi talenta yang sama, masing-masing punya keahlian yang tidak bisa dibandingkan tetapi setara, sederajat dan semartabat (padha jayanya), mari kita cari dan temukan perutusan tersebut (maga bathanga). Di kalangan Kristiani, semua umat juga mengemban perutusan. Dengan baptisan kita mengemban perutusan sebagai imam, nabi dan raja. Imam berfungsi menguduskan, nabi berfungsi membimbing dan mencerahkan, raja itu memimpin. Dalam konteks iman Kristiani memimpin adalah melayani.  

Salah satu permenungan yang didapatkan dari mengemban perutusan Tuhan itu adalah memayu hayuning bawana, yang terjemahannya adalah memperindah keindahan dunia. Jadi dunia yang sudah indah ini diperindah lagi. Itulah tugas perutusan yang diemban oleh setiap insan „memperindah keindahan dunia“. Memperindah dunia dengan keahlian dan talenta masing-masing: para arsitek memperindah dunia dengan gaya arsiteknya; para pematung, pelukis, seniman dengan kepiawaiannya, dan semua saja dengan keahliannya memperindah dunia.   

Maka mencari ketenangan batin adalah untuk mencari dan menemukan laku keutamaan, laku yang sesuai dengan perutusan kita di dunia. Dalam ketenangan batin itu kita bisa menemukan jati diri kita yang dikenal dengan kiblat papat lima pancer (empat penjuru lima pusat). Dalam diri kita itu dikenal dengan 4 hasrat, dan kita pusatnya. Empat hasrat itu menyatu dengan diri kita, tidak bisa dipisahkan tetapi fungsoinal berbeda. Empat hasrat itu adalah; hasrat kekuasaan, hasrat kenikmatan, hasrat keserakahan dan hasrat keutamaan. Dalam pewayangan disimbolkan dengan Rawana (hasrat kekuasaan), Kumbakarna (hasrat keserakahan), Sarpakenaka (hasrat kenikmatan) dan Wibisono (hasrat keutamaan). Dalam kisah Ande-ande Lumut dilambangkan dalam diri gadis-gadis Kleting Merah (hasrat kekuasaan), Kleting Biru (hasrat keserakahan), Kleting Hijau (hasrat kenikmatan) dan Kleting Kuning (hasrat keutamaan).

Mencari ketenangan batin adalah untuk menemukan dalam batin kita hasrat keutamaan. Selanjutnya hasrat keutamaan itu dibawa sebagai landasan pekerjaan dan pelayanan kepada masyarakat, dengan sesanti memperindah keindahan dunia. Mengapa dunia yang indah perlu diperindah lagi?  Ya, karena dunia itu nantinya akan diwariskan kepada anak-cucu-cicit kita. Kita tidak akan mewariskan barang yang jelek dan rusak.

Hasrat keutamaan itu sendiri ada 8 (delapan). Menurut iman Kristiani ada disebutkan 8 Sabda Bahagia. Itu keutamaan-keutamaan yang diberikan oleh Yesus ketika kotbah dibukit. Dari delapan diantaranya adalah „Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga“; „Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi“; „Berbahagilah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Dari Budhis juga ada dikenal dengan 8 keutamaan, yang dikenal dengan nama jalan mulia berunsur 8 (delapan), yaitu: pengertian yang benar, pemikiran yang benar, ucapan yang benar, perbuatan yang benar, pencarian nafkah yang benar, daya upaya yang benar, kesadaran yang benar dan konsentrasi yang benar. Di masyarakat Jawa kita mengenal hasta brata, delapan keutamaan dalam kepemimpinan, yang mengacu pada sifat dewa-dewa: Bayu, Indra, Brama dll.

Lepas dari segala bentuk tehnis dan metode retret yang dipakai oleh pemerintah, semoga pencarian ketenangan batin (retret) para Menteri dan Kepala Daerah dapat menemukan atau membuahkan kepemimpinan hasta brata, yang tentu saya menjadi harapan masyarakat. Bukan kepemimpinan „....mu“ atau „kok tanya saya“. 

Posting Komentar untuk "RETRET"