R. Sigit Widiarto, SH.,LLM
Pak Sigit orang yang konsisten,
memegang teguh prinsip dan tidak kenal rasa takut. Beliau juga rendah hati,
dalam hal pekerjaan sangat rapi. Sebagai dosen tergolong sangat dengan
mahasiswa. Demikian ungkap G.Sri Nurhartanto, Rektor Universitas Atmajaya
Yogyakarta, disela-sela kesibukannya. Sedang kesan Rama Prof. Dr. Sudiarjo, SJ yang pernah satu
yayasan di Yohanes de Brito mengatakan: Orang yang setia pada teman, suka
menolong, penuh perhatian pada yang lemah, dedikasi pada tugasnya, berani dan
kritis untuk membela yang lemah, ramah dan bersahabat
Saya mengenal pak Sigit Widiarto
sewaktu beliau menjadi Ketua Presidium FMKI DIY dan saya Sekretarisnya.
Demikian mas Lilik Krismantoro memulai kesannya. Kami sering bertemu di Laboratorium
Hukum Atmajaya. Beliau mendirikan PSHD (Pusat Studi HAM dan Demokrasi) di
Fakultas Hukum Atmajaya Yogyakarta. Berdiskusi panjang lebar utamanya soal
politik, hubungan gereja dan negara, secara khusus kondisi perpolitikan di DIY
dan hubungannya dengan Gereja Katolik DIY. Tentu bersama tokoh yang lain, waktu itu saya paling
muda. Priyono Hadi, Any Martanti, Met.Kusumohadi, Bunadi, YB.Wiyanjono,
Ant.Sunarto, juga dengan pentholan di Pemuda Katolik, PMKRI, Wanita
Katolik dan ISKA. Beliau pribadi yang tenang dan mendengarkan.
Memang
pak Sigit orangnya sat set kalau bekerja, dan tidak bisa menolak orang lain. Beliau
enthengan, tidak bisa menolak permintaan orang lain yang minta tolong.
Ini dikatakan oleh pak F.Wakidjan Komisi Pendidikan Kevikepan DIY (sebelum
mekar). Bahasa dan nada suaranya halus meski dalam keadaan
berbeda pendapat. Prinsipnya kuat dan selalu lewat tataran, persepsi, konsep, norma
baru menemukan prinsip. Ini terlihat ketika advokasi-advokasi pendidikan dan
Sekolah Katolik. Beliau membentuk Tarki Center bersama pak HY.Ponijan, F.Wakidjan,
Sr.Surani, Sumarjo untuk mengadvokasi masalah pendidikan khususnya. Ketika
terjadi masalah pendidikan dan Sekolah Katolik pak Sigit yang maju. Tidak hanya
lingkup DIY tetapi nasional. Beliau juga menjadi Sekretaris untuk
sekolah-sekolah yang dikelola Serikat Yesus dan Yayasan De Brito.
R.Sigit Widiarto, berdiri di belakang no.3 dari kiri
Timja PK3 DIY sebelum dimekarkan
Pak Sigit adalah pemikir, dan
pasti punya sikap atas pokok diskusi-diskusi yang dibahas. Hal ini terungkap
dari Ignas Suryadi, Lilik Krismantoro, Antonius Sunarto, F.Wakidjan dan H.Hasta
Wening, Ketua FMKI Bantul. Beliau menjadi Ketua Presidium FMKI DIY menggantikan
Methodius Kusumohadi sekitar 2009 – 2012. Sebelumnya YB.Priyono Hadi, Any
Martanti, Kusdasto Pramono, Methodius Kusumohadi, R.Sigit Widiarto, Ignas
Suryadi, Th.Hari Sarwoto dan sekarang Anton Adi Prabowo.
Bagi Hasta Wening, pak Sigit,
sungguh Bapak Pendidik Bangsa yang luar biasa. Menyapa dan mengarahkan siapa
pun dari kalangan mana pun yang ingin bertanya atau mengetahui tentang hukum
atau masalah apapun. Segala pertanyaan dijawab penuh arif. Bersikap bijak
kepada penanya yang benar-benar belum mengerti, sehingga kita tidak sungkan untuk.
Khusus utk FMKI Bantul, beliau sangat
menyemangati untuk terus berkembang dan bergerak maju.
Menginisiasi terbentuknya Sekber
Ormas Katolik bersama Ignas Suryadi (ISKA), Gandung Sukaryadi (PK3), Ig.Ganjar
Trihantoro (Pemuda Katolik), Ig.Mardidyantiwi (Wanita Katolik) pada waktu itu.
Dengan terbentuknya Sekber Ormas Katolik menjadi kentara sekali kalau ada
pernyataan-pernyataan sikap tentang masalah-masalah kemasyarakatan dan politik.
Dengan Sekber artikulasi pernyataan menjadi semakin tajam dan menjadi perhatian
pemerintah.
Sekber Ormas Katolik, Wanita
Katolik, PMKRI, Pemuda Katolik dan ISKA menjadi aktif membicarakan masalah-masalah
kemasyarakatan, membantu mendinamisir masing-masing, namun tidak kehilangan eksistensi
dan kekhasan masing-masing ormas. Dalam perjalanan waktu, hasil-hasil diskusi sering
menuntut untuk disuarakan keluar. PK3 sebagai organ gereja kiranya belum saatnya
membuat pernyataan-pernyataan politik kemasyarakatan, demikian pula FMKI lebih
bersifat sebagai forum. Maka ormas Katolik yang lebih kompeten untuk
menyuarakan ketidakadilan, kebenaran dan menjadi “moral force” bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Ada empat pusat studi besar waktu
itu, yaitu untuk masalah politik kemasyarakatan dibicarakan di Wisma Mahasiswa
(sekarang PPM/Pusat Pastoral Mahasiswa), di Fakultas Hukum Atmajaya untuk
masalah-masalah hukum, undang-undang dan demokrasi dan di Tarki Center untuk
masalah-masalah pendidikan dan undang-undang/peraturan yang menyangkut
pendidikan, yang keempat di Kevikepan untuk masalah-masalah intoleransi dan
kekerasan. Sebagai ormas Katolik, FMKI dan PK3 menjadi anggota tetap diskusi, sedang
kalau di Fak.Hukum UAJY ya menemani para
pakar hukum, sedang kalau di Tarke Center ya menemani para pemerhati pendidikan
sedangkan kalau masalah kekerasan dan intoleransi ya menemani para aparat dan orang-orang
yang dipemerintahan.
(Terima kasih dihaturkan untuk:
G.Sri Nurhartanto, Rama Prof.Dr.A.Sudiarjo, SJ, F.Wakidjan, Antonius Sunarto,
Ignas Suryadi, Lilik Krismantoro, H.Hasta Wening) – A.Gandung.S
Posting Komentar untuk "R.Sigit Widiarto: rendah hati, konsisten, pegang prinsip."