Para peserta Dialog Kerukunan Intern Umat Beragama dengan tema
Menjadi Pribadi Yang Seimbang
Pada usia 60 tahun keatas biasanya orang mengalami “realita degenerative” yaitu
penurunan fisik dan psikologis. Secara fisik badan melemah dan banyak penyakit
bermunculan. Secara psikologis juga mengalami penurunan, merasa tidak mampu, tidak
berdaya, dan secara sosial merasa ditinggalkan, kehilangan kawan-kawan yang
meninggal satu persatu. Secara fisik ada sekitar sembilan: mengalami kebutaan, penurunan
daya dengar (tuli), penyakit boyok, batuk-batuk, muncul benjolan-benjolan
(tumor/kanker), beresiko jatuh, bungkuk, buntu (saluran pembuluh darah
tersumbat), bodoh (pikun).
Hal tersebut dikatakan oleh Rama Paulus Erwin Sasmito, Pr., Phd. dari Seminari
Tinggi St.Paulus Wedha Bakti Kentungan, pada pertemuan Dialog Kerukunan Intern
Umat Beragama yang bertemakan Menjadi Pribadi Yang Seimbang. Dialog
diselenggarakan oleh Penyelenggara Bimas Katolik Sleman, pada Sabtu 26 April
2025, di Joglo Pasturan Brayut, Brayut RT.04/RW.29 Pandowoharjo Sleman.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh bapak-ibi yang pernah berkarya di Penyelenggara
Bimas Katolik Sleman.
Selanjutnya rama Erwin mengatakan menjadi tua penyakit-penyakit seperti
tersebut sebaiknya dihindari, dengan menjaga diri. Rama Erwin lalu mengutip kata-kata
Paus Fransikus: “usia tua bukanlah waktu untuk menyerah dan menurunkan layar,
tetapi musim berbuah yang bertahan lama. Sebuah misi baru menanti dan meminta
kita menatap masa depan“. Maka Paus Fransiskus mengajak untuk menjadi: sumber
kebijaksanaan, menjaga iman dan doa, mengatasi kesepian dengan keterlibatan,
memberi kasih dan perhatian, menjadi pribadi yang penuh suka cita.
Bapak C.Ismulyadi, Penyelenggara Bimas Katolik Kab.Sleman
memberi sambutan (baju putih)
Selain rama Erwin, hadir juga memberi masukan mas Dodi dan mas Bebet
keduanya pengajar di beberapa perguruan tinggi salah satunya di Akademi
Anggatan Udara. Mereka mengatakan bahwa pusat penyakit itu ada di pikiran,
hampir 90 persen. Lalu menyebutkan beberapa penyakit degenerative yang diakibatkan
oleh pikiran dan sugesti kita sendiri. Maka penting untuk memelihara selalu „berfikir
positif“. Dengan macam-macam contoh bahwa penyakit disebabkan oleh pikiran dan
sugesti diri sendiri atau orang lain.
Merekapun sepakat bahwa „hati yang gembira adalah obat“ maka pertama-tama
kita mesti gembira, bisa tertawa dan punya rasa humor. Humor itu selain
membuat orang tertawa senang tetapi juga kita tertawa senang. Mas Bebet
menceritakan pengalaman hidupnya yang ibu dan anaknya meninggal karena penyakit
kelenjar getah bening, dan dia sendiri terkena juga penyakit kelenjar getah
bening stadium empat, namun sembuh bukan karena obat.
Kesan dari para bapak-ibu yang
menghadiri pertemuan ini, merasa gembira bertemu dengan kawan-kawan lama dan
mendapatkan pencerahan dari materi-materi yang sangat relevan dengan usia
bapak-ibu yang sudah lanjut.
Posting Komentar untuk "Menjadi Pribadi Seimbang"