Bersama merawat kebangsaan

Rama Y.Iswahyudi menyerahkan buku Ulang Tahun Keuskupan Agung Semarang ke-85
kepada bu Utiek Suprapti

“Kita sebagai umat beragama sekaligus sebagai bangsa, mari kita bersama merawat kebangsaan“ demikian kutipan dari sambutan Rama Y.Iswahyudi, Pr Ketua Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Yogyakarta Barat saat anjangsana ke Sanggar Pamujan Maha Lingga Padma Buana di Mangir Lor Sendangsari Kapanewon Pajangan Bantul DIY. Kunjungan anjangsana dilakukan pada Selasa 15 Juli 2025 dihadiri dari Komisi HAK Kevikepan Kulon Progo, bersama Wanita Katolik RI dan Pemuda Katolik.

Sambutan yang sangat hangat karena kedatangan kami disambut dengan salam “Berkah Dalem“. Kedatangan Tim HAK Kevikepan Yogyakarta Barat datang ber-17 dan disambut ibu Utiek Suprapti, bapak Giran dan Penyuluh Agama Hindu Kemenag Bantul. Suasana persaudaraan sudah terasa pada kedatangan rombongan, dan sungguh dirasakan persaudaraannya ketika terjadi saling menukar pengalaman iman dan pengalaman hidup bersama dengan orang lain.

Ibu Utiek Suprapti (paling kirin) dan bapak Giran (no 2 dari kiri)
dalam dialog yang penuh keakraban

Dalam tukar pengalaman hidup beragama, ibu Utiek maupun pak Giran menyampaikan bahwa tempat ini (Sanggar Pamujan Maha Lingga Padma Buana) terbuka untuk siapa saja yang mau berdoa atau bermeditasi. Memang dalam kehidupan spiritual belum bisa semua orang paham dan memahami. Karena dalam kehidupan spiritual kita banyak menemukan hal-hal yang misteri, termasuk misteri Hyang Maha Kuasa. Hal ini diamini bersama, bahwa banyak hal tidak terselami dalam kehidupan spiritual. Orang-orang yang tidak paham dan memahami hidup spiritual ini yang merusak kerukunan.

Dari kiri: Ismaka (HAK Gamping), Belariantata (HAK Keyobar)
Gede (Penuyuluh Agama Hindu), Suryadi (HAK Keyobar), Giran (Hindu)
dan Praba Pangripta (HAK Gamping

Dalam keprihatinan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita banyak dibuat tidak nyaman beribadat maupun dalam mengamalkan hidup keagamaan. Rentetan peristiwa persekusi, membully, pembubaran orang yang sedang melakukan peribadatan atau ritual keagamaan. Dalam peristiwa-peristiwa tersebut dirasakan kehadiran negara belum menampakkan keseriusan untuk menangani. Demikian antara lain isi tukar pengalaman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang masih harus dibangun, menjadi persaudaraan yang saling menghormati, toleran dan solidaritas bersama (swa001)

  

Posting Komentar untuk "Bersama merawat kebangsaan"