Hanya Dididik Untuk Tahu


Hasil dari Pendidikan kita hanya sekedar untuk mengetahui, tetapi tidak untuk dilakukan. Semua tahu kalau lampu merah berhenti, tetapi ada saja yang nerobos jalan, pura-pura tidak tahu, ach jalan sepi kok, sengaja menerobos. Di palang pintu  kereta juga sama saja, palang diterobos untuk bisa jalan, pada hal tahu bahwa kalau palang pintu kereta ditutup pasti akan ada kereta yang lewat. Tahu bahwa korupsi itu  merugikan negara dan rakyat, agama mengajarkan bahwa korupsi itu berdosa, tetepi tetap saja korupsi ada dan meraja lela. Dari tingkat paling bawah sampai sampai tingkat paling atas. Dosen dan mahasiswa tahu bahwa integritas itu penting, tetapi banyak mahasiswa dan dosen-dosen bahkan guru besar menjadi plagiator, bahkan untuk meraih jabatan tinggi dengan tulisan-tulisan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Satu lagi kasus intoleransi, tentunya orang yang melakukan tahu bahwa apa yang dilakukan itu bentuk intoleransi, tetapi mengapa dilakukan juga? Sejak merdeka, kasus intoleransi sudah ada, tetapi sampai sepanjang kita merdeka, selama 80 tahun, intoleransi semakin banyak. Sampai tulisan ini dibuat, masih ada sekolah yang anak-anaknya mengucapkan selamat pagi dimarahi gurunya dan dilarang oleh kepala sekolah. Tidak boleh mengucapkan selamat pagi tetapi assalamalaikum. Masih ada pintu kamar kepala kantor yang ditulisi ”masuk ucapkan assalamalaikum”. Lha kalau tamunya non Muslim apa ya harus mengucapkan assalamalaikum? Lalu anak buahnya yang berkeyakinan non Muslim apa ya harus mengucapkan. Ada warung-warung makan dan toko yang mengharuskan karyawatinya berjilbab, pada hal non Muslim. Masih ada anak-anak sekolah SDN yang putra-putra diharuskan memakai celana panjang, dan putri-putri berjilbab.

Ini sebuah realita yang ada di depan mata kita, dan berjalan biasa, dan semakin terbiasa, maka tidak dianggap sebagai sebuah kesalahan atau melanggar tata susila dsb. Orang yang sadar dan masih waras merasa ”semlengeren” melihat itu semua, diam tidak bisa, tetapi mau berbuat juga repot. Melapor bisa dituduh "pencemaran nama baik" dan "pelecehan agama". Apa tindakan harus menungguh viral di media sosial? Memviralkan juga riskan, dianggap pencemaran nama baik atau penistaan (sudah banyak contohnya).

Tetapi kondisi ini harus diubah. Pendidikan yang baru mentransfer pengatahuan, harus ditambah lagi dengan poin-poin yang mengakibatkan para peserta didik. Poin pertama mengerjakan atau melaksanakan sesuai dengan pengetahuan yang didapatkan. Poin kedua peserta didik untuk bisa menjadi dirinya sendiri, mempunyai kemandirian dan bertanggungjawab pada tindakannya. Sehingga tidak hanya ikut-ikutan demo, tetapi sungguh tahu apa yang diperjuangkan dalam demo dan itu untuk kesejahteraan umum. Poin ketiga peserta didik diajak untuk belajar hidup bersama dengan orang lain yang berbeda (agama/kepercayaan, suku, budaya, bahasa dll), sehingga orang bisa menghormati orang lain yang berkeyakinan berbeda dengan dirinya. Orang juga menjadi sadar bahwa manusia itu sama hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan warga dunia. swr.01


 


Posting Komentar untuk "Hanya Dididik Untuk Tahu"