Selamat pagi, salam bahagia |
Ingat tidak ketika terbit buku berjudul Jakarta Under Cover? Kemudian menyusul Yogya Under Cover? Hebohnya seperti sekarang ini ketika terkuak Lembaga Pendidikan yang ternyata disana terjadi kekerasan dan pelecehan seksual. Sebuah ironi yang terjadi didepan mata. Dan itu sebuah realitas kehidupan yang kasat mata, tetapi tidak tampak. Tidak nampaknya karena macam-macam hal. Ada yang sengaja disembunyikan, ada yang lebih baik diam, dari pada repot sendiri, ada yang mengatakan egp (emang gue pikirin), dan lainnya.
Menyembunyikan sesuatu yang jelek,
bisa untuk menutup malu para pemimpin di wilayah yang bersangkutan. Malu kalau
kejelekan wilayahnya terlihat, malu kalau kebusukannya tercium. Maka muncul ABS
(asal bapak senang). Kalau yang disembunyikan bisa macam-macam: data
kemiskinan, tempat-tempat prostitusi, dan data-data lain yang bisa bikin malu.
Malu kalau dikatakan pembangunanya tidak jalan, stagnan atau mangkrak.Kalau
perlu yang jelek itu dikemas dengan casing yang cantik. Semua ini menjadi
gunung-gunung es, yang suatu saat akan menyembul di permukaan (kalau di laut),
tiba-tiba mencair cepat menimbulkan banjir, kalau di laut bisa tertabrak kapal
dan pecahnya kapal. Jadi gunung-gunung es ini suatu ketika akan jadi petaka.
Bagi yang diam saja, memang lalu
aman. Aman untuk dirinya sendiri, namun itu bisa berarti mendiamkan suatu hal
yang jelek berkembang. Istilah sekarang “pembiaran”. Orang boleh saja mengelak
dengan alasan toleransi. Wuah…kalau begini bisa runyam dong. Memberi toleransi
kepada hal-hal yang tidak baik ini berakibat negative. Maka diam itu emas
tidak selalu tepat dilakukan. Ada saatnya diam itu emas, tetapi ada
saatnya diam itu berarti pembiaran pada kejelekan berkembang.
Dugem Under Cover |
Gunung es kekerasan seksual di Lembaga Pendidikan sudah pecah. Gunung es radikalisme di dunia Pendidikan sudah pecah. Gunung es bahaya latent yang mengancam Pancasila dan NKRI sudah pecah. Gunung es korupsi pecah. Gunung es radikalisme di Lembaga-lembaga negara pecah. Ini semua terjadi karena under cover, hal-hal yang kasat mata, tidak pernah muncul dalam di permukaan atau sengaja disembunyikan.
Pecahnya gunung-gunung es telah
memporakporandakan republik. Tugas kita semua sebagai warga negara membangun kembali
republik yang porak poranda, ya karena perbuatan dari saudara-saudara kita yang
gagal paham. Gagal paham akan jati dirinya sebagai warga negara yang
berkebangsaan Indonesia.
Mari bergotongroyong membangun kembali
republik yang berkeadaban
Posting Komentar untuk "Gunung-gunung Es"