ZIARAH-REKOLEKSI PELAJAR PURWAKARTA


Purwakarfta, 26 November 2023 sejumlah 39 Pelajar AKPK SMPN dan SMAN-SMKN mengadakan Road Trip Gladi Moderasi beragama bertempat di Yogyakarta bersama 6 pendamping dari pengajar AKPK SMPN 5, SMPN 3, SMPN 7, SDN 4 Ciseureuh Purwakarta. Rombongan  sebanyak 45 peserta dan pendamping menuju Yogyakarta. Road Trip hari pertama menuju Goa Maria Ratu Perdamaian dan dilanjutkan ke Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Kampus IPAK. Pemateri Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, SJ. Memberikan materi Spiritualitas Ignasian dan misa pembukaan Gladi Rohani. 

Sesi berikutnya hari Sabtu, 27 November 2023 bertempat di Gereja Bintaran: Sejarah 100% Katolik, 100% Indonesia. Gereja Bintaran diresmikan pada tanggal 8 April 1934. Gereja Bintaran merupakan Gereja Jawa pertama dan dibangun dengan hasil karya arsitek dari J.H Van Oyen yang dibangun untuk orang-orang pribumi. Gereja ini rencananya dibuat uutk menampung 2000an orang. Pada tahun 1983, sekitar 410 ada baptis yang dilakukan. Karya-karya dari J.H Van Oyen sendiri sudah banyak seperti di Jawa Barat, Sukabumi, di Yogyakarta:(Gereja Bintaran, Gereja Pugeran, Panti Rapih). Gereja ini dibangun dengan arsitektur bergaya Eropa yang, menggunakan konstruksi beton, atapnya membentuk kubah dan memiliki lonceng di depan. Di dinding, terdapat tujuh buah hiasan yang melambangkan bunga mawar bulatan dengan lingkaran cincin yang sekaligus sebagai ventilasi. Panjang Gerejanya se  34m x lebar 20m. didalam Gereja terdapat lukisan-lukisan jalan Salib.Kekhasannya adalah disebut sebagai Gereja Jawa pertama di Jogjakarta. Pada 8 april 1934, diperkirakan yang datang adalah 1800 orang, mereka mengikuti ekaristi pagi yakni jam 07.00. Pada tahun 2006, terjadi Gempa di Yogya, secara umum aman, namun beberapa mengalami kerusakan dan untuk memperbaiki sampai finalnya yakni 4 tahun. 

Ciri khas dari Gereja ini adalah “St. Yusuf, Doakanlah kami”, karena memberikan namanya dengan St. Yusuf. Berbicara tentang sosok Soegija tidak terlepas dari simbol kalimat “100% katolik, 100% Indonesia, dalam arti kekatolikkan ini tidak dianggap sebagai yang asing terlebih agama impor bahkan menjadi Kristen menjadi entitas yang tak bisa dipisahkan dari Keindonesiaan. Soegijapranata lahir di Surakarta pada tanggal 25 November 1896. Pada tanggal 30 september 1940, Soegija pergi ke Semarang dan ditahbiskan oleh Wilekens pada tanggal 6 oktober 1940 di Gereja Rosario Suci Randusari, diangkat sebagai Uskup pribunmi pertama diindonesia. Soegijapranata tidak terlepas dari ketelibatan dalam mengembangkan majalah katolik menggunakan bahasa Jawa, mendukung moral,  mengajak umat untuk mendukung revolusi keteguhan dalam mengutarakan 100% katolik 100% Indonesia, terlibat dalam perjuangan dan diplomasi di tingkat Internasional. Nama Soegijapranata sendiri bisa dikatakan berkaitan dengan Frans van Lith yang merupakan tokoh dari Yesuit dan aktif dalam melakukan kegiatan misi melalui Pendidikan dan budaya Jawa. Romo Van Lith adalah seorang yang menaburkan benih baik di tanah Jawa. Pada tanggal 14 Desember 1964, beliau membaptis 171 orang di Gua Maria Sendangsono. 

Gereja Bintaran mempunyai OMK, yang dimana mereka mempunyai harapan besar kepada anak-anak muda. Sebagai orangtua, tentu saja mereka perlu menjadi seorang yang paling aktif, bagian DPP Gereja juga sangat open terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan, Pihak Gereja serta umat juga menukung dan mensupprot OMK agar tidak keluar dari fase serta mengajak mereka untuk selalu berkumpul kepada anggota OMK.


Klenteng Buddha Gondomanan. Bangunan ini berdiri pada tanggal 15 Agustus 1990. Bangunan ini berdiri berdiri diatas tanah yang diberikan dari kraton Yogyakarta pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Vihara ini awalnya dikenal dengan kelenteng bernama Hok Tik Bio. Di Vihara ini mempunyai altar pemujaan untuk umat Buddha dan Konghucu. Dan pada masa ini, bangunan ini diganti dengan nama Vihara Buddha Prabha karea saat itu ada 5 agama resmi di Indonesia dan di Vihara ini lebih menonjolkan adanya unsur Buddha. Pada ruang di samping kiri ada altar pemujaan untuk Hiang Thiang Siang tee, dan dibagian kanan mempunyai tempat altar untuk Kwan Tee Koen dan Khong Hu Cu. Di belakangnya terdapat tempat pemujaan tokoh Buddha yang menggambarkan Budha Gautama, Dhyani Buddha Amitabha, Bhaisajyaguru, Dhyani Bodhisatva Avalokitesvara, dan Maiterya. Dibagian ruang atas terdapat altar pemujaan untuk Buddha Gautama, Dhayni Buddha

Di agama Buddha sendiri memberikan pemahaman mengenai 8 Kebajikan yakni Pengertian Benar (samma-ditthi), Pikiran Benar (Samma-sankappa), Ucapan benar (samma-vaca), Perbuatan benar (samma-kammanta), mata pencaharian benar (samma-ajiva), daya-upaya benar (samma-vayama), perhatian Benar (samma-sati) dan Konsentrasi benar (samma-samadhi). 8 kebajikan tersebut dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: Pancasila dan samadhi. Panca: berbicara mengenai kebijaksanaan yang berhubungan dengan pikiran dan pengertian benar, jadi ketika kita memulai suatu tindakan atau suatu objek maka pikiran kita belajar untuk mencamkan nama dengan belajar pengertian ataupun pikiran benar maka otomatis akan menghasilkan ucapan benar. Untuk pengolahan sila: juga dibagi yakni ucapan benar, perbuatan benar dan mata pencaharian benar. Samadhi: berkaitan dengan meditasi yakni Upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar, sehingga masing-masing sudah mempunyai kelompoknya dan tidak bisa dipisahkan. 

Road Trip selanjutnya kami audensi dan dialog dengan pengempon  Pura Jagadnathan Hindu Pura Jagatnatha Yogyakarta. Untuk menjalankan peribadatan 0,13 persen (menurut sensus 2018) penduduknya yang beragama Hindu, di Kota Yogyakarta berdiri Pura Jagatnatha. Tepatnya di daerah Banguntapan yang sudah masuk wilayah Bantul, daerah timurnya kota Yogyakarta. Termasuk dalam wilayah administrasi  Desa Plumbon Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Kurang lebih 16 km dari pusat kota Bantul, dan 8 km dari pusat kota Yogyakarta.

Karena letaknya di Banguntapan, Pura Jagatnatha ini dikabarkan pernah digunakan sebagai tempat bertapa Hamengku Buwono II sampai mendapatkan gelar Ki Banguntapa. Tentu saja kabar ini tak memiliki sumber sejarah yang terpercaya. Perlu diketahui Sultan Hamengku Buwana II ini adalah kakek dari Pangeran Diponegoro dan putra Sultan Hamengku Buwana I pendiri Kasultanan Ngayogyakarta. 

Sejarah berdirinya pura ini dimulai dengan pembentukan Parisada Hindu Dharma DIY 1 Desember 1967 sebagai rumah bersama paguyuban dan putra-putra Bali, dibarengi dengan bertambahnya pemeluk Hindu yang baru. Lalu Parisada Hindu Dharma kabupaten Bantul di bentuk pada 25 maret 1969 dan di kecamatan Banguntapan dibentuk pada april 1969. Dengan itu semua semakin kuatlah kehendak untuk  mendirikan ‘’Pura Banguntapa Jagatnatha,’’ yang di mulai sejak 26 juni 1974 dan di resmikan pada 22 mei 1975.

Pada tahun 1975 masyarakat pemeluk agama Hindu mulai membangun Pura Jagatnatha, dengan membangun gedung persembahyangan ala Jawa dan Padmasana. Lalu dari tahun 1976 sampai tahun 1982 dilanjutkan pembangunan gedung kori, pemagaran kanan dan kiri, pembangunan candi bentar, dan tembok penyengker. Tahun 2007, setahun setelah Gempa Jogja,  dilakukan perbaikan atas bantuan dana dari Pemprov Bali, Pemkab Bantul, dan pemedek.

Aktivitas komunitas Hindu Banguntapan banyak diadopsi  dari ritual Hindu orang Bali. Mulai dari hari Raya Besar tradisi di Bali seperti Galungan  dan Kuningan, Pagerwesi, Siwalatri, Saraswati hingga Hari Raya Nyepi, dan upacara Melasti di Bali. Mulai tahun 2015 terdapat pawai Ogoh-ogoh sebagai bagian dari prosesi menyambut pergantian tahun saka (Nyepi) di Yogyakarta, dimana komunitas Hindu ini dengan fasilitas Keistimewaan DIY memegang peranan penting.

Gereja Ganjuran Hati Kudus Tuhan Yesus. Gereja ini berdiri pada Tahun 1924, dan saat ini Gereja Ganjuran akan menuju ke-1 abad.  Gereja dan candi ini dimiliki oleh orang Belanda yang Bernama Schmutzer yang membawa ajaran sosial Gereja dan mendirikan 12 sekolah sehingga tidak hanya buah karya yang dihasikan dalam membagikan laba pabrik kepada semua karyawan, baik dalam kelas yang rendah maupun yang keatas. Beliau mendirikan Gereja awal yang kecil pada tahun 1924 sebagai ucapan Syukur, karena saat itu sedang mengalami Krisis Ekonomi dan pabrik Schmutzer tidak mengalami kebangkrutan. Dan pada akhirnya beliau tetap mendirikan candi pada tahun 1927.

Tempat ini menjadi tempat penziarahan yang bukan Gua Maria karena biasanya seperti yang kita ketahui peziarahan umat Katolik biasanya seperti Gua Maria, taman doa. Kenapa candi? Karena Schmutzer mengajarkan apa yang berbau dengan agama itu menggunakan pendekatan budaya. Maka pendekatan yang paling indah dan mengurangi resiko dengan budaya-budaya local adalah budaya Jawa, maka dari itu candi tersebut dibangun dengan arsitektur budaya Hindu-Jawa. Jumlah keran air ada 9 sebagai  simbol umat jawa, banyak iymbol yang ada di candi.

Pada tahun 2006, terjadi gempa dan Gereja rusak dan menyebabkan sekitar 80an umat meninggal. Gereja ini rusak dibagian bangunan depan sehingga menyebabkan lonceng jatuh dan menimpa korban yang sedang misa pagi hal ini menjadi rancangan paroki untuk merubah yang mana Gereja dulunya masih bergaya arsitektur kolonial Eropa berubah menjadi arsiktektur Jawa. Karena peristiwa Gempa 2006, maka mengajukan usulan kepada Bapak Uskup dan kepada bapa Paus untuk mengubah Gereja menjadi berasitektur Jawa. Dan akhrinya diperbolehkan, kemudian juga mengajukan kepada pihak kraton Jogja karena  jenis ukiran dan warna dalam Gereja dari kraton (Pada saat itu masih Sri Sultan Hamengku Buwono X). didalam Gereja jenis ukiran, warna dan simbol-simbol masuk ke dalam simbol Jawa. Gereja ini dibangun pada tahun 2009 dari Gempa 2006 karena Dewan Pastoral dan Rama Paroki waktu itu tidak mengiblatkan pembangunan Gereja terlebih dahulu tetapi memperhatikan pembangunan rumah-rumah umat yang terkena gempa. Maka yang diutamakan adalah pembangunan rumah-rumah umat terlebih dahulu selama 3 tahun dan setelah umat dirasa sudah mempunyai tempat yang layak maka mulai membangun Gereja pada tahun 2009. 

Dalam perkembangannya, ternyata dibutuhkan tempat berdoa khusus untuk personal bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam satu hari lebih dari 1000an orang hadir dan kini menjadi tempat ibadah yang paling ramai untuk dikunjungi karena disertai wisata yang komplit di Jogja. Didalam kepengurusan Gereja ini ada organisasi didalam kemasyarakatan, rumah tangga, litbang, ada paguyuban. Ganjuran ini mempunyai ciri khas yakni ada 28 paguyuban: Paguyuban seni, ibu-ibu, ada paguyuban anak-anak, paguyuban remaja, paguyuban OMK, dll. Ada sekitar 35 tim pelaksana dari liturgi ada 11, paguyuban ada 9, rumah tangga ada 12, ada pendampingan sekolah-sekolah (yang menjadi tugas paroki). Dibagian Pendidikan, paroki ini ada 8 sekolah katolik dari paud sampai SMA yakni: 1 Paud, 3 TK, 2 SD, 1 SMP dan 1 SMA. Setiap bulan dihari Jumat minggu pertama, mengumpulkan seluruh pelajar katolik untuk mengikuti misa bersama supaya mereka dapat mempunyai teman. 

Paroki ini juga mempunyai tugas untuk ikut dalam mensubsidi apa yang menjadi kebutuhan sekolah. Gereja ini juga memiliki 2 Imam. Paroki juga memiliki 7 kapel yang tersebar di bagian barat dan selatan, paroki ini juga dibagi dalam 12 wilayah dan 54 lingkungan. Paroki ini memiliki Kongregasi yang mempunyai keahlian/karya di Panti asuhan Santa Maria (ada dibelakang candi), Permata Hati dari karya Suster CB (Untuk pendampingan kepada orang yang katolik maupun non-katolik untuk mendampingi permasalahan keluarga), Rumah sakit St. Elisabet, Dibagian sebelah barat Gereja ini terdapat makam (tidak sembarang orang boleh dimakamkan disitu) makam ini diperuntukkan bagi orang-orang yang sudah meninggal dan tidak diterima oleh Masyarakat.

Sejarah Masjid Gedhe Kauman. Masjid ini dibagun pada tanggal 29 Mei 1773 M. Masjid ini didirikan atas pendapat Sri Sultan Hamengku Buwono I dan Kiai Fakih Ibrahim Diponingrat yang sebagai penghulu Keraton dengan arsitektur yang dikerjakan oleh Kiai Wiryokusumo. Arsiktektur yang dimiliki oleh Masjid ini adalah gaya yang mewarisi dari gaya Masjid Demak, yang mana memiliki empat pilar utama(Saka guru) degan bentuk atap yang berbentuk tajug  (lambang teplok). Didalam bangunan masjid ini memiliki 48 pilar dan atapnya memiliki 15 sisi dengan 3 tingkat. Dibagian masjid sendiri memiliki bagian-bagian yang terdiri dari Mi’rab (Pengimanan), Liwan (ruangan untuk jamaah), serambi (bagian luar bangunan), dibagian dalam Masjid ini juga terdapat Maksura yakni sebagai tempat khusus untuk raja yang hadir.

Pada tahun 1867, Yogya mengalami gempa yang besar dan menyebabkan Kiai Penghulu meninggal. Dan pembangunan akhirnya memperluas serambil dan menjadi dua kali lebih luas. Setelah peristiwa itu, setidaknya Masjid Gedhe mengalami renovasi, pada tahun 1917 dibangun Pajagan (gardu penjaga) dibagian kanan dan kiri regol, kemudian pada tahun 1933 atas pendapat Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, bagian atap masjid pun dirombak. Bagian kayu sirap masjid yang sudah lapuk diganti dengan seng wiron, bagian lantai serambil diganti dengan tegel kembang dan dilanjutkan pada tahun 1936. 

Sharing: Henrikus Harkrismoyo Vianney “How to Build Good Character & Bring Succesful”Melalui sharing Vianney yang berbicara mengenai kuliah bukan sekedar hanya aktif di kelas tetapi juga perlu aktif diluar, misalkan aktif berorganisasi, berdinamika, mempunyai soft skill yang jarang bisa di dapatkan. Maka, sebagai orang muda didorong untuk tidak berhenti dalam belajar bersosialisasi dan berdinamika bersama teman-teman, kita dipacu untuk belajar menjadi leadership yang berkaitan dengan organisasi dan perlunya mempunyai time management yang baik. Berbicara mengenai time management stress bisa dilakukan dengan cara membagi prioritas waktu dan jangan sampai jatuh ke dalam hal yang negative, maka kita diajak untuk harus berani sudah dan bertahan. Ketika kita mau bertahan didalam kesusahan maka disitu soft skill kita sedang berkembang. Ada beberapa cara agar kita bisa mempunyai Good Character, yakni:

1. Grace of Grateful

Diajak untuk menysukuri bahwa kita bisa dan dipercaya untuk berkembang maka kita kita bisa menjadi seperti do your best dan melakukan responsible untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang ada pada diri kita, maka kita diajak untuk merenungkan hal-hal yang baik untuk disyukuri.

2. Sukses =  Mimpi Kita

Ketika kita bersyukur, maka ada satu hal yang bisa disharingkan, bisa juga dengan apa yang kita lakukan dengan cinta itu adalah hal positif. Kita diajak untuk sukses tidak harus dari hal-hal yang besar, tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil yang sering kali tidak kita sadari dari sanalah kita bisa bersyukur dari apa yang kita dapatkan. Segala kesaharian yang kita lakukan bisa mengajarkan buah-buah yang baik untuk diri kita sendiri, maka melalui perjumpaan sebagai wadah untuk membentuk pengalaman dari mimpi kecil sehingga berubah menjadi mimpi besar. (Penulis Yohanes Baptis AKPK SMPN Purwakarta)



Posting Komentar untuk "ZIARAH-REKOLEKSI PELAJAR PURWAKARTA "