Purwakarta, Jumat, 15 Desember 2023, Keluarga Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum Purwakarta mengadakan kegiatan road trip moderasi beragama dengan tema "Berjalan bersama dalam sukacita membangun bangsa dengan merawat Kebhinekaan". Sebagai tempat pertama yang dikunjungi adalah Gereja Salib Suci Purwakarta. Kami disambut ramah oleh Romo Thomas Sunarto dan dilanjutkan mendengarkan pemaparan materi oleh Romo Thomas mengenai meditasi. Romo menjelaskan bahwa meditasi adalah latihan untuk melatih kesadaran. Meditasi dapat dilakukan dengan menyadari dari kita duduk, berjalan perlahan, atau berfokus pada satu objek. Meditasi dapat membantu kita untuk menjadi lebih sadar akan diri sendiri dan lingkungan sekitar. Meditasi juga dapat membantu kita untuk lebih tenang dan fokus. Dengan kesadaran, kita dapat melihat dunia dengan lebih jernih dan lebih memahami diri kita sendiri.
Setelah pematerian selesai yang berjalan sekitar 30 menit, bagi teman beragama Katolik melanjutkan kegiatan misa, dan bagi teman yang non-kristen/katolik ditempatkan dahulu di lantai atas. Tak lama kemudian kita kembali kebawah untuk foto bersama didalam gereja, Senyum tulus dan aura harmoni terpancar dari wajah-wajah teman² yang hadir, seolah-olah perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk bersatu dan merayakan kebhinekaan. Diakhiri makan bersama dilantai 3 setelah makan kita menyanyikan lagu Indonesia Raya dan melantangkan sila sila Pancasila.
Setelah makan pagi atau sarapan kami kembali mendengarkan pematerian dari Romo Bonaventura Priya Sutejo dengan tema merawat Kebhinekaan untuk persaudaraan umat manusia. Pelbagai agama, berdasarkan rasa hormat kepada setiap manusia sebagai makhluk yang dipanggil untuk menjadi anak Allah, memberikan sumbangan berharga untuk membangun persaudaraan dan membela keadilan dalam masyarakat.
Pematerian selanjutnya adalah perjalanan apostolik yang dibawakan Romo Yohanes Tulus Kusbiantoro. Beliau menjelaskan inti dari kita sebagai ciptaan Tuhan, maka kita harus mengutuk semua praktik yang mengancam kehidupan seperti : Genosida, aksi terorisme, pemindahan paksa, perdagangan manusia, aborsi dan euthanasia. Agama tidak boleh memprovokasi peperangan, sikap kebencian, permusuhan, dan ektremisme serta tidak boleh memancing kekerasan atau pertumpahan darah. Anak anak muda sekarang harus dapat dilindungi dari pemikiran materialistis dan kebijakan berbahaya akan keserakahan dan ketidakpedulian tak terkendali berdasarkan pada hukum kekuatan bukan pada kekuatan hukum.
Para peserta berfoto bersama |
Deklarası ini berangkat dan realitas dewasa ini bahwa krisis dunia modern adalah ketidakpekaan hati nurani manusia yang menjauhkan diri dan nilaı nilai apama dan indvidualıisme yang matenalistis. Serta memperkenalkan nila duniawi yang mengganti prinsip tertinggi dan transcendental. Karena perkembangan dunia modern dalam bidang Sains, teknologi, kedokteran, industri dan kesejahteraan terutama di negara negara maju. Membuat kemerosotan moral yang mempengaruhi nilai dan tanggung jawab moral sehingga semua ini berkontribusi terhadap perasaan frustrasi umum, keterasingan dan keputusasaan yang membuat orang jatuh pada pusaran ekstremisme ateistik, agnostik atau tundamentalisme agama yang akhirrnya memicu ekstremisme fanatik dan buta sehingga menghancurkan diri baik secara individual maupun kolektit.
Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa peran keluarga itu sangat penting sebagai inti dasar masyarakat dan umat manusia dalam melahirkan anak anak ke dunia, membesarkan dan mendidik mereka dengan pendidikan moral yang kuat dan rasa aman di rumah. Kita perlu membangkitkan kesadaran beragama dalam hati generasi baru melalui, pendidikan yang sehat, kepatuhan pada nilai nilai moral dan ajaran agama yang benar.
Hal hal yang dibahas dalam dokumen Abu Dhabi adalah
1. Kebebasan adalah Hak setiap orang /Individu
2. Keadilan yang berlandaskan belas kasihan
3. Dialog dan pemahaman terhadap budaya Toleransi
4. Dialog antar umat beragama
5. Prlindungan terhadap tempat tempat Ibadah
6. Bebas dari ancaman terorisme
7. Konsep kewarganegaraan berlandaskan pada kesetaraan hak dan kewajiban
8. Hubungan baik antara Timur dan Barat
9. Adanya keharusan untuk mengakui hak perempuan atas pendidikan, pekerjaan dan hak politik
10. Perlindungan hak hak dasar anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga serta mendapat gizi yang cukup
11.Perlindungan terhadap hak hak orang lanjut usia, mereka yang lemah, penyandang difabilitas dan mereka yang tertindas yang harus dijamin dan dibela melalui undang undang.
Setelah berkunjung dan mendengarkan khotbah di gereja paroki salib suci Purwakarta kita kembali lagi ke balai kelurahan Purwakarta untuk mendengarkan sesi pematerian oleh I Made Khandi dengan tema keragaman agama dalam perspektif Hindu. I Made Khandi menjelaskan bahwa moderasi beragama merupakan salah satu cara untuk menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama. Beralih ke Vihara agama Budha. Salam dalam agama Buddha yaitu Namo Buddhaya yang artinya Terpujilah Sang Buddha. Hari raya Buddha yang ada lebih dari 1, 3 peristiwa besar sang Buddha, Mengapa vihara cenderung berwarna merah, dan materi² lain nya. Diakhiri ceramah Kiayi Ketua FKUB Pondok Pesantren terbesar di Kabupaten Cipulus. KH. Muhammad Mahmud menceritakan bahwa pondok pesantren tersebut berdiri pada tahun 1985. Pada masa awal berdirinya, pondok pesantren ini sempat dijadikan markas DI/TII. Organisasi tersebut memaksa keluarga KH. Muhammad Mahmud untuk bergabung, tetapi keluarga beliau menolak. K.H Muhammad menceritakan kisahnya menolak bergabung dengan DI/TII merupakan salah satu contoh nyata dari pemberontakan moderasi beragama. KH. Muhammad Mahmud menunjukkan bahwa ia adalah seorang Muslim yang taat, tetapi ia juga menolak untuk bergabung dengan organisasi yang mengajarkan kekerasan dan permusuhan. Pondok Pesantren Cipulus dapat menjadi teladan bagi lembaga pendidikan Islam lainnya untuk mengajarkan moderasi beragama kepada para santrinya. Penulis Yohanes Baptis Ketua Panitia Gladi Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Umum Purwakarta.
Posting Komentar untuk "BERJALAN BERSAMA DALAM SUKACITA MEMBANGUN BANGSA"