![]() |
Danang Maharsa Wakil Bupati Sleman (tengah) memaparkan RPJMD didampingi G.Aryadi, SH, MH (kanan) Ketua Relawan Sleman Baru |
Beberapa hari yang lalu tepatnya Sabtu 10 Mei 2025 saya mengikuti pertemuan antara Relawan Sleman Baru (RSB) dengan Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa. Dalam kesempatan tersebut Danang Maharsa Wakil Bupati Sleman membeberkan RPJMD Sleman 2025-2029. Kesempatan bertemu Wakil Bupati Sleman setelah RSB mengadakan perayaan Ekaristi Paskah 2025, di Gereja Katolik St.Petrus Warak Sumberadi Mlati Sleman. Misa Kudus dihadiri oleh 100 orang tokoh Katolik dari paroki-paroki se Sleman dan 50 orang dari Paroki St.Petrus Warak. Misa dipimpin oleh Rama R.Sapta Nugraha, pr Ketua Komisi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan, Rama Mateus Mali, CsSR, Moderator ISKA DIY dan Moderator RSB, Rektor Seminari SCJ Rama Sugiarta, SCJ
Dalam kesempatan kotbahnya Rama Sapta mempertanyakan RSB itu apa? Jangan
tidak berupa nanti dikatakan demit. Memang RSB adalah sekelompok relawan yang waktu
lalu menjadi pendukung pasangan calon Bupati/Wakil Bupati Harda Kiswaya dan
Danang Maharsa. Setelah itu mau apa dan bagaimana, supaya dipikirkan.
Danang Maharsa mengutarakan bahwa
RPJMD Sleman 2025-2029 memiliki Visi- MISI dan kemuduian dijabarkan menjadi
program kerja dan kegiatan. Secara umum wilayah Sleman penduduknya sejahtera.
Meskipun masyarakatnya belum bisa dikatakan makmur betul tetapi bisa makan 3
kali sehari, dan angka harapan hidup serta angka kebahagiaan tinggi.
Masyarakatnya “ayem-ayem dan tentrem“, rukun dan saling menghormati. VISI:
"Membangun Masyarakat Kabupaten Sleman yang Maju, Adil Makmur, Lestari dan
Berkeadaban"
MISI: 1)Meningkatkan pembangunan manusia yang produktif, berkualitas dan berkepribadian
melalui sektor pendidikan dan pelatihan. 2) Meningkatkan kualitas sarana dan
prasarana, guna menjamin pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan. 3) Menjamin
akses kesehatan yang adil dan pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan.
4) Mewujudkan keadilan sosial ekonomi melalui sektor pertanian, UMKM,
pariwisata, serta sektor ekonomi inklusif dan kreatif. 5) Mewujudkan reformasi
birokrasi bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta menjunjung tinggi
tegaknya hukum demi menjamin hak-hak rakyat. 6) Pemajuan kebudayaan dalam
semangat kebhinekaan, toleransi, dan keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada
beberapa hal menarik sehubungan dengan pemaparan Danang Maharsa, antara lain satu
sarjana untuk keluarga miskin. Dikatakan bahwa pemerintah Sleman bekerja sama
dengan perguruan tinggi untuk mencapai sasaran tersebut, satu sarjana untuk
keluarga miskin dan dapat pekerjaan.
Tanggapan dari peserta pertemuan antara lain, tentang visi sepertinya sudah
sepakat karena sejalan dengan visi kami yang sama-sama membangun masyarakat
berkeadaban. Karena memang saat ini kehidupan masyarakat meskipun mengaku
beradab, tetapi perilaku sebagian masyarakat kita menampakkan belum sepenuhnya
beradab. Kita mempunyai agama masing-masing, dasar negara-pandangan hidup-dan
moral Masyarakat yaitu Pancasila, tetapi perilakunya masih jauh dari apa yang
menjadi cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan. Korupsi, kolusi dan nepotisme
di tingkat pusat dan daerah marak, kekerasan ada dimana-mana (bahkan atas nama
agama dan atas nama ketertiban umum), dan perkelaian antar siswa sekolah, serta
anak-anak jalanan yang membuat resah masyarakat utamanya yang harus
pulang/pergi malam.
Masalah pertanian, pengairan dan pengeprasan gunung-gunung di wilayah
Seyegan dan Godean perlu diperhatikan. Itu sudah merusak ekosistem.
Dari sosial politik apakah sudah berkeadilan? Misalnya apakah tidak ada
dari ASN Katolik yang mampu menjadi Penewu, sehingga tidak ada Penewu yang Katolik,
atau dari sejumlah Kepala Dinas yang ada, tidak adakah dari ASN Katolik yang
mampu menjabat Kepala Dinas? Ketimpangan seperti kadang-kadang mengusik hati.
Kami juga berharap bahwa kalau pun ada ASN Katolik yang „dleya“ ya
diambil tindakan sesuai dengan peratutan dan undang-undang yang berlaku.
Rama R.Sapta Nugraha, Pr Ketua Komisi Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan
saat kotbah.
Mengenai satu sarjana untuk keluarga miskin, sangat mendukung. Namun yang
perlu diperhatikan adalah menjadi sarjana siap pakai dan bulan siap dipakai.
Artinya ketika mereka lulus tidak bergantung ada yang manampung sebagai pekerja
atau tidak, tetapi mereka siap mandiri dan kalau bisa mereka membuka lapangan
pekerjaan di sektor-sektor informal. Secara perekonomian sektor-sektor informal
ini penting dan menunjang lebih dari separo perekonomian nasional. Maka perlu
kerja sama dengan perguruan tinggi yang siap mencetak sarjana “siap pakai“
bukan „siap dipakai“. Misalnya seperti ISI Yogyakarta, lulusannya ketika tidak
bisa ditampung di lembaga-lembaga yang sudah ada mereka bisa mandiri bahkan
membuka lapangan kerja.
Tentang misi dalam pemajuan kebudayaan dalam semangat kebhinekaan,
seharusnya pemajuan kebudayaan dalam semangat kebhinekatunggalikaan. Kalau
dalam semangat kebhinekaan nanti tidak hati-hato akan membawa
perbedaan-perbedaan yang semakin tajam. Ada yang terus asal beda tidak
memperhatikan lainnya, pokoknya “kebhinekaan“, tetapi dengan semangat “kebhinekatunggalikaan“
maka persatuan dan kesatuanlah yang diutamakan, bukan perbedaan yang
diutamakan.
Tata Nilai Budaya Sleman harus diimplementasikan oleh seluruh pejabat, perangkat
dan masyarakat Sleman
Salah satu yang harus diperhatikan juga bahwa segala seuatu dikembalikan
pada nilai-nilai luhur Pancasila yang sudah menjadi pandangan hidup bangsa dan
menjadi moral bangsa serta dilandasi dengan Tata Nilai Budaya Sleman (abgs)
Posting Komentar untuk "Jangan Hanya Kebhinekaan tetapi Kebhinekatunggalikaan"