Yohanes Sulistiyono Hadi, Nikolas Katuuk, dan Jimmy Situmeang bersama para GM Hotel-Kuliner
usia bincang-bincang Enam Mata "Lead with Heart, Embrace Innovation" Jumat 4 Juli 2025
Industri perhotelan dan kuliner sedang
berada dalam situasi yang menarik. Kalangan muda yang disebut gen z sudah
banyak mewarnai industri ini. Ada tegangan dengan generasi sebelumnya bagaimana
menanamkan pemahaman tentang hospitalitas kepada generasi yang sejak lahir
sudah natural bersama teknologi digital ini. Bagaimana menyikapinya? Apa
potensi besar gen z yang bisa dioptimalkan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, Enam Mata Co&Solutions menyelenggarakan bincang-bincang
interaktif dengan para GM (general manajer) hotel dan kuliner di Yogyakarta,
Jumat (4/7). Perbincangan bertopik “Lead with Heart, Embrace Innovation” (Memimpin
dengan Hati, Merangkul Inovasi) menghadirkan tiga pemantik diskusi: Yohanes
Sulistiyono Hadi, Nikolas Katuuk, dan Jimmy Situmeang. AA Kunto A sebagai
moderator.
Direktur Enam Mata Co&Solutions Suraika
Pradita menyampaikan, acara bincang-bincang ini selain merupakan peluncuran
Enam Mata sebagai lembaga learning & development, juga dihadirkan sebagai
ruang membangun kebersamaan di kalangan pemimpin-pemimpin perhotelan dan
industri kuliner lokal (non-chain). Forum ini diinisiasi untuk
bersama-sama menaikkan kapasitas pribadi dan profesional sehingga merek-merek
lokal bisa sampai pada kualifikasi standar industri hospitalitas modern.
Yohanes Sulistiyono Hadi, seorang eksekutif
di industri perhotelan yang sekaligus executive trainer Enam Mata,
membuka perbincangan dengan menghadirkan seorang gen z, Leo Adrian, untuk
bercerita tentang apa yang ada dalam pikiran dan kebiasaan generasi ini.
Mahasiswa teknologi kedirgantaraan yang meminati industri hospitalitas ini
mengisahkan bagaimana, “Kami menginginkan kerja itu nyaman tanpa tekanan.”
Katanya, ketika generasi ini diberi pekerjaan, setelah batas waktu penyelesaian
disepakati, berilah kebebasan pada mereka untuk menyelesaikannya. Jangan
sedikit-sedikit direcoki dengan pertanyaan, “Sudah selesai?”
Menanggapi tuturan tersebut, Yohanes
berbagi pengalaman bagaimana ia bekerja bersama gen z. Katanya, setiap generasi
itu unik. Tak hanya gen z. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, ia memilih untuk
memahami setiap generasi dengan memasuki kebiasaannya. Hobi futsal dijadikannya
pintu masuk untuk menyelami isi pikiran dan impian tim mudanya. Di sela-sela
bermain ia ajak tim ngobrol hal-hal sepele seputar kehidupan mereka. Dari
obrolan ini muncul apa yang mereka inginkan. “Gen z itu banyak inovasi,” tukas
Yohanes mengapresiasi generasi yang sekarang mulai mewarnai industri
hospitalitas. Inovasi yang menonjol ada pada pengoptimalan teknologi.
“Mereka suka dibersamai. Pahami pola
pikirnya, dukung pertumbuhan kariernya, dan ciptakan ruang bekerja yang membuka
peluang mereka berkembang pesat,” ujar Yohanes dalam sesi yang ia juduli “DNA
Holistik Gen Z Approach”. Baginya, gen z memberi energi baru dalam kreativitas
dan kefasihan digitalnya. Hanya saja, mereka perlu dibimbing untuk menguasai
kecakapan berbicara di depan publik, kepercayaan diri, dan bagaimana menavigasi
lingkungan bekerjanya. Dalam industri perhotelan dan kuliner,
kecakapan-kecakapan tersebut sangat mempengaruhi kepuasaan tamu melalui
kedekatan dan umpan balik positif tamu akan pengalaman berkesan mereka ketika
menginap, makan, atau menyelenggarakan acara di hotel dan restoran.
Untuk itu, berangkat dari pengalaman
Yohanes lebih dari 30 tahun merintis karier hingga puncak di industri
perhotelan, sampai dengan saat ini bekerja bersama gen z, ada beberapa aspek
yang sebaiknya dipahami GM dan para pemimpin tim di hotel dan resto.
Pertama, supervisi tak lagi cukup. Perlu
pendekatan yang disebut “mentorship” dan “coaching”. Kedua, bangun ruang aman
untuk belajar dan berbicara. Hilangkan atmosfer penuh tekanan yang menakutkan.
Ketiga, sampaikan secara jelas jenjang karier yang terbuka untuk mereka raih.
Realistis, bukan janji. Keempat, tumbuhkan suasana inklusif dan penuh hormat,
dengan menghargai keberagaman, kesetaraan, integritas. Kelima, gunakan
teknologi dan pembelajaran visual. Sesuaikan dengan kebiasaan mereka. Beri
apresiasi melalui testimoni.
Melanjutkan Yohanes, Nikolas Katuuk,
menyampaikan gagasan “Digital Trust, Human Touch” sebagai revolusi di industri
perhotelan dan kuliner. Direktur Sentinel Technology ini sedari awal menekankan
pentingnya untuk menempatkan manusia sebagai prioritas, “Industri hospitalitas
dibangun oleh manusia, baik sebagai tamu maupun staf. Oleh karena itu, perlu
teknologi untuk mengelola dan melindungi data-data sensitif. Teknologi bisa
menjadi sarana membangun kepercayaan. Menurutnya, teknologi perlu dipahami
secara besar sebagai suatu sistem. Bukan sekadar alat. “Kalau tools, dia
bisa keliru. Sedangkan sebagai sistem, ia tidak boleh keliru,” ujar Nikolaus.
Jimmy Situmeang, praktisi e-commerce,
membagikan pengalamannya mengelola pemasaran digital untuk hotel dan restoran.
Ia sampaikan, teknologi digital pemasaran sudah bergeser. Media sosial sudah
menjadi media komersial. Jika tidak beradaptasi, hotel dan kuliner bisa tidak
dikenali.
Mengenai acara ini, kata Direktur Enam Mata
Co&Solutions Suraika Pradita, Enam Mata akan secara rutin menyelenggarakan
forum berbagi seperti ini. Beragam topik seputar hospitalitas sudah disiapkan,
mulai dari bagaimana menguasai aspek-aspek finansial hingga bagaimana mengelola
usaha untuk persiapan pensiun bagi para pemimpin industri perhotelan dan
kuliner.(*)
Posting Komentar untuk "Memimpin Dengan Hati Merangkul Inovasi"